Enjoy Parts of Loving Lifetime Story
Tampilkan postingan dengan label loving lifetime. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label loving lifetime. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 Juli 2012

Part Eleven

OMG, aku bener bener nggak bisa fokus sama pelajaran hari ini. Kebayang Areka. Kebayang Cody. Kebayang gimana seremnya muka Areka dan gimana gantengnya Cody. Tapi di rekamannya Huda, Cody pernah bilang kalo dia selalu disihir sama Areka kayak gitu. Jangan jangan muka gantengnya itu hasil sihirannya Areka? Ah biarlah gak urusan. 

Aku ngga ngerti Bu Sri ngajar apa, lalu liat temen temenku satu per satu. Miki Yuki Katrin Zahra di belakangku, mereka lagi lempar-lemparan kertas. Aku jadi iri. Dulu waktu aku masih sering duduk sama Cody, aku Miki Yuki Katrin Cody adalah sahabat. Sering lempar lemparan kertas juga. Duo kembar (Rina dan Risa) lagi ngediscuss pelajaran sama Bu Sri. Lingling juga gitu. Sedangkan teman temanku yang lain cuma ngemerhatiin apa yang lagi didiscuss sama Bu Sri, Rina, Risa dan Lingling. Heran aku. Kenapa mereka bisa mudeng ya apa yang diajarin Bu Sri?

Then aku ngeliat sampingku. Huda. Cowok ini dengan santainya lagi main Fruit Ninja di hp Androidnya. Aku terbelalak. Kenapa bisa santai banget sih?

Ngeliat hp Huda, aku jadi keingetan lagi sama rekaman suara Cody. Pasti secara otomatis aku jadi inget lagi sama Areka. Bingung, kira kira Areka bakal ngelakuin apa lagi ya buat ngehancurin perusahaanku? Areka nggak bisa ditebak sih orangnya. Aneh. 

Nggak kerasa, bel pulang udah bunyi. Aku langsung pergi ke gedung cadangan-nebeng Huda-karena baju Iron Man-ku rusak dan juga gedungnya deket sama rumahnya. Kondisi gedung lumayan apik, dan beberapa karyawan yang terluka (termasuk Pak Dora) udah ditanganin ke Rumah Sakit Pribadi Nisia dan tentu saja sekarang mereka sudah sembuh. Dokter2nya adalah robot2 Nisia yang punya ilmu copy-an dokter2 kelas dunia.

Meskipun ada tragedi menyedihkan, Nisia tetep jalan seperti biasanya dan mengalami peningkatan setiap harinya. Ini yang ngebuat aku kagum sekagum-kagumnya. 

Aku pergi ke ruanganku, dan mulai kerja keras seperti biasanya. 

Hingga jam kerja usai, aku sangat bersyukur hari ini nggak ada tanda-tanda Areka mau menyerang. Dan hari ini juga, urutan perusahaanku melompat 1 tingkat di atas perusahaan Scheitiher. 

Lalu aku pulang dengan sangat capek. Tiba-tiba, ada telfon masuk. Aku spontan mengangkatnya. 

"halooo.. ini bener direktur Perusahaan Nisia?" katanya. Aku histeris. Soalnya yang nanya kayak gini biasanya pelanggan yang mau ngeborong barang banyak. 

"Iya benar Bapak, ada yang bisa saya bantu?" kataku, sok ramah. 

Dia terdiam sebentar, sepertinya kaget mengapa direkturnya bersuara sangat imut.

"Dik saya ingin bicara dengan direktur Perusahaan Nisia... ini sangat penting." katanya lagi.

Aku jengkel. Ini biasa terjadi. Orang-orang sering meremehkan aku.

"Maaf Bapak. Saya memang direktur Nisia. Ayah saya mempercayai saya untuk menggantikan jabatannya." 

"Oh begitu ya? Maaf ya Dik. Beneran kan kamu direkturnya? Saya benar benar mau bicara privasi."

"Benar bapakk....."

"Saya Erdo. Direktur perusahaan Scheitiher. Benarkah gedung Nisia kemarin dibakar oleh Areka?"

"Benar Pak. Untungnya kami punya gedung cadangan. Ada apa Pak?"

"Kemaren lusa, perusahaan kami juga diserang Areka. Tetapi Areka tidak menyerang perusahaan kami secara besar-besaran. Ketika Scheitiher sedang mencapai puncaknya, Areka memotong kabel listrik perusahaan kami dan akhirnya kami tidak dapat melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin. Kami sangat marah. Oleh karena itu, apakah Nisia mau bekerja sama dengan Scheitiher untuk membuat pertahanan dari serangan Areka?"

Aku kaget. Sangat kaget. Aku baru mau jawab, tetapi tiba-tiba telfon terputus. Aku ingin menangis. Aku belum pernah menghadapi masalah perusahaan serumit ini. Areka. Direktur perusahaan itu ternyata benar-benar anak setan. 
Lalu, telfon berdering lagi, dari nomor yang sama. Aku mengangkatnya.

"Tolong terima kami, Nisia. Areka mendengar kita. Areka mengintai kita. Areka tahu segala hal. Areka menguasai ilmu hitam."

Lagi lagi telfon terputus. dan aku dikagetkan oleh suatu hal.

Di belakangku memancar sinar putih yang sangat terang, dan disusul dengan hologram. Ternyata hologram dari Pak Erdo. Dan.. apa itu, dibelakangnya ada Areka?

Areka sedang tertawa sinis seraya menggenggam tangan kiri Pak Erdo yang masih memegang telfonnya. Tangan kanan Pak Erdo tidak sengaja memencet tombol hologram yang ternyata terkirim ke aku. Tiba-tiba Areka mengambil telfon Pak Erdo, dan menelfon seseorang. Bertepatan dengan berderingnya telfonku.

"Areka! Apa yang kamu lakukan sudah benar benar keterlaluan!" kataku garang. 

"Anak kecil ini jeli juga, sudah tahu aku Areka?"  

"Pasti tahu! Sekarang katakan padaku apa maumu!!"

"Mauku banyak sekali. Tapi hanya 3 hal yang bisa merangkum semuanya..."

"APA! Sebutkan!"

"Membawa Areka corp. jadi nomor 1 dengan cara apapun hingga bisa menguasai dunia, menelan seluruh perusahaan di dunia, dan...."

Areka terdiam di telfon, dan aku spontan melihat hologram yang sudah hampir pudar. Areka tertawa seperti setan dan dia berteriak di telfon tiba-tiba.

"Aku mau membuat keluarga Nisia punah dan menghisap jiwa mereka! Jika jiwa mereka aku hisap, kekuatan mereka akan menjadi milikku dan aku bisa menguasai semua ilmu hitam!" 

Lalu telfon mati, hologram juga hilang. Aku terengah-engah. Cita-cita Areka itu emang kayak cita-cita di film film horor, tapi masalahnya ini kenyataan! Ada juga orang kayak gitu. 

"Aku takut,"2 kata itu terngiang-ngiang di benakku, hingga aku sangat lelah dan berhalusinasi, dan bruk.

Part Ten

Huda ngelepasin pelukannya, dan dia natap mukaku dari deket. Dekeeeeeet banget. Semakin deket....... makin deket....... dan akhirnya..... 


"Vina?"
Aku ngerasa kayak jatoh dari Menara Eiffel. Mukaku dihiasin raut poker face. Aku menjauh dari Huda sejauh mungkin. Aku menghampiri Cody yang sudah mulai siuman. 
"Cod, kamu gak papa? Kamu kenapa bisa disandra sama Areka sih? Aku dari kemaren udah punya firasat kamu kenapa-kenapa."  Kataku ke anak berumur 9 tahun ini.
Cody keliatan bingung. Sedangkan Huda ngakak di belakangku.
"Ahahahahahah sabar ya Vin. Bagaimanapun juga Cody itu masih 9 tahun. Gak kayak kamu umur 7 tahun tapi pikiran udah 10 tahun lebih tua. Jangan samain pikiran seorang Cody, anak biasa, sama kamu yang direktur perusahaan ternama," katanya lagi.
"Tunggu. Kamu tau darimana kalo aku umur 7 tahun? Kamu tau darimana kalo aku direktur Nisia?" 
"Kamu tu gimana sih. Huda Nita Pilonia ini kan keponakannya karyawanmu!"
Aku terkejut. Selama ini aku sudah bersikap kasar kepadanya, dan sekarang dia adalah keponakannya salah satu karyawanku?

"Ah! Emangnya kamu keponakannya siapa?"
Huda hanya tersenyum dan lalu dia menjawab dengan singkatnya. 
"Pak Dora"
HAH??????!!!!!

 Hari ini, aku mengetahui berbagai macam hal.
Areka adalah seseorang yang benar benar picik,
Cody adalah seseorang yang benar benar polos,
Huda adalah seseorang yang benar benar dewasa,
dan
Pak Dora adalah pamannya Huda.

 ***

Aku pulang lagi ke rumah, dan waktu menunjukkan pukul 4 pagi ketika aku sampai di rumah. Aku benar-benar ngantuk. 
Tadi Cody dan Huda pulang bersama-sama naik mobil yang disupirin sama supirnya Huda, sedangkan aku adalah anak melas yang kehilangan sesuatu yang sangat penting di saat yang juga penting. Yap, baju Iron Man-ku tiba-tiba tidak berfungsi. Perlu diketahui, baju Iron Man adalah salah satu produk dari Nisia yang gagal. AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHZZZ.
Aku membuka hp-ku, dan ada 65 sms. Rata-ratanya isinya adalah laporan bahwa gedung terbakar dan pertanyaan pertanyaan dari para pegawai. Aku langsung ngebroadcast pengumuman bahwa sementara pekerjaan dilaksanakan di pabrik Nisia yang cadangan, dan letaknya ada di dekat rumah Huda. Yap bahasa kasarnya, ada di dekat kuburan.
Aku tidur cuma setengah jam, dan langsung sarapan. Mas Asa, papah dan mamah yang baru pulang udah nungguin di meja makan. 
"Vina. Papah mau bicara," kata papah. Aku memutar bola mataku.. pasti papah mau ngediscuss dan ngemarahin soal gedung yang kebakaran itu. 
"Iya pah, bicara aja."
"Tapi ini penting. Kita harus bicara berdua." 
Aku dan papah berjalan ke gazebo taman. Aku sudah siap dimarahin dan papah memulai pembicaraannya.
"Vina, gedung utama Nisia terbakar, ya? Bagaimana bisa?" 
"Kemaren Areka menyerang pah, aku nggak tau kenapa dia bisa nyerang tiba-tiba kayak gitu. Kemaren juga dia ngurung aku di gedung minyak pa."
Papah kaget. Ini pertama kalinya aku liat papah kaget sampe segitunya. 
"Ternyata dugaan papah benar. Vina, kamu harus hati-hati. Sangat hati hati." katanya. 
Aku penasaran, dan hanya melihat raut muka papah yang semakin cemas.

"Areka bukan orang biasa, Vin. Areka adalah orang yang sangat berbahaya. Dia sangat jenius, dan dia mempunyai banyak anak buah. Lebih banyak dari kita. Dia dapat melakukan serangan secara tiba-tiba. Areka juga sudah memimpin perusahaannya dari seumuran kamu dan dari dulu dia udah jahat. Waktu jaman papa, dia hanya melakukan perang dingin dengan Nisia. Dulu semua menjulukinya "Si Anak Setan". Nampaknya sekarang dia sudah dewasa dan mulai berani. Selain kejeniusan, dia juga kuat dan menguasai berbagai macam sihir dan ilmu perang."

Aku tercengang. Musuh yang aku hadapi ternyata sehebat ini. 

"Areka sekarang sudah berumur 17 tahun Vin. Dia sama kamu beda 10 tahun. Tolonglah pimpin Nisia dengan sebaik mungkin."

Selesai papah bicara, kita kembali ke ruang makan. Mas Asa dan mamah bercanda dan mengobrol seperti biasanya. Aku dan papah tidak bicara sepatah katapun. 

***

"Pagiiiiiiiiiiiiiii!!!!!" aku sampai di sekolah, dan berusaha agar terlihat seceria mungkin. Dan syukurlah kelas masih ramai seperti biasanya, dan aku bisa langsung menyalin PR Lingling lalu main-main dengan teman-temanku yang lain. 
Huda datang 5 menit sebelum bel berbunyi. Dia langsung menarik tanganku secara tiba-tiba, dan menggiringku ke luar kelas.

"Vina, kamu harus tahu sesuatu," kata Huda.
"Apaan?"
"Aku bukannya mau mengganggu urusanmu dan pekerjaanmu, tapi menurutku ini penting."

Dia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Rupanya itu handphonenya. Dia membuka galeri, mencari suatu rekaman dan memainkannya di telingaku.
"Ini suara Cody dan aku, tidak sengaja aku rekam. Dengarkan baik baik."

Huda : Cody rumahmu dimana?
Cody : Kamu antar aku ke sekolah aja. Rumahku deket kok sama sekolah. Kamu beneran mau nganter aku sampe sekolah?
Huda : Iya pastilah, santai aja. By the way kamu kok bisa kenal Areka sih?
Cody : Bukan urusanmu.
Huda : Urusanku lah Cod, pamanku itu karyawan Nisia dan Areka melukai pamanku.
Cody : ....
Huda : Jawab Cod, jawab.
Cody : Jangan paksa aku. Kamu siapaku, sih?
Huda : Kalo kamu ga mau jawab, aku bakal nurunin kamu di sini!
Cody : Turunin aja aku di sini! Daripada aku harus cerita sama kamu soal kakakku!
Huda : Kakak? Maksudmu?
Cody : Eh...
Huda : Areka kakak perempuanmu?
Cody : (memukul Huda)
Huda : Apa apaan sih kamu!!
Cody : Tolong jangan beritau Kak Reka. Dia bisa marah padaku. Kakakku itu penyihir gila. Dia tega sama aku. Dia nyiksa aku demi kesuksesan perusahaannya. 
Huda : Iya iya santai kenapa sih? Tapi kamu bisa nggak nyeritain aku lebih banyak lagi?
Cody : Janji gabaka bilang ke kakak?
Huda : Iyaa
Cody : Kakakku berwatak setengah setan. Dia mempelajari banyak ilmu hitam. Dan dia ngejadiin aku kelinci percobaannya. Tiap hari aku disihir kayak gini. 
Huda : Hah?
Cody : Eh itu sekolahnya. Sampai nanti!
Huda : Hey!! Tunggu!

Lalu Huda merebut hp-nya lagi. Aku kaget setengah mati. 
"Apa maksudnya ini! Cody adiknya Areka?" kataku gak percaya
"Tolong hati-hati sama Cody, Vin. Kita kurang teliti. Harusnya kita sadar bahwa marga Cody dan Areka itu sama."
Benar juga. Cody Arshina Imirshima Blank, dan Areka Aursta Finniska Blank. 

Tiba-tiba Bu Sri sudah keliatan mau masuk ke kelas, dan kami berdua langsung cepat-cepat masuk.

(to be continued)


Senin, 02 Juli 2012

Part Nine

Areka. Perusahaanku sama dia selalu aja kejar kejaran. Tapi aku gak tau kenapa Areka benci banget sama aku. Aku kan cuma mimpin perusahaanku, yang bikin perusahaanku maju kan bukan cuma aku doang, tapi kenapa aku terus sih yang disalahin?? Apa salahku??!
Aku memutar bola mataku dengan tatapan yang nggak kalah sinis.
"Sebenarnya keren. Cuma, gampang rusak," kataku.
Areka tertawa.
"Meskipun kamu ketus, kamu tadi takut kan? Inget Gapa yang tadi kamu alamin itu pertanda buat kamu supaya kamu hati hati. Sekarang aku bolehin kamu pulang."
Dia membuka pintu gerbang gudang minyak, dan beranjak pergi. Sebelumnya dia menjatuhkan kartu tepat di depan hadapanku.
Aku kaget, spontan aku mengambil kartu itu dan ternyata isinya adalah urutan perusahaan yang paling diminati saat ini.
Well, aku langsung mencari nama "Nisia" dari paling bawah. Ternyata ada di peringkat 3. Padahal kemaren ada di peringkat 2. Turun, ini pasti gara gara aku mengganti ayahku untuk bertugas.
Aku teralihkan dengan nama "Scheitiher" di peringkat 2 dan "Areka corp." di peringkat 1.
GILAAAAA SEJAK KAPAN AREKA CORP JADI SEHEBAT INI?? DAN KENAPA ADA PESAING BARU MUNCUL DI HADAPANKU HUHUHUHU :(((


Aku mendadak bete. Langsung saja aku mengambil PR-PRku yang berserakan (tentu saja mengambil dan mencarinya butuh waktu berjam-jam) dan aku langsung pulang ke rumah. Aku naik ke kamarku dan aku mulai mengerjakan sisa sisa PRku.

Dengan susah payah aku menggarapnya........ dan itu sangat susah. Aku menyerah dan memutuskan untuk menyontek pekerjaan Lingling besok pagi. Aku beranjak ke tempat tidur dan mulai nightdreaming.

"Cody...... aku kangen banget sama Cody. tapi aku ngerasa aneh, kenapa ya aku mulai suka berdebar waktu ketemu Huda? Meskipun Huda orangnya nyebelin gitu.. Tapi aku masih ga bisa move on dari kamu Cod! Pokoknya kalo aku patah hati gara-gara kamu awas! kamu bakal aku jambak jambak." Aku ngomong sendiri.

Gak lama kemudian, ada email masuk. Aku membukanya. Firasatku gak enak. Kira kira ada apa ya?
Ternyata email itu dari..................
PAK DORA.

Pak Dora menempelkan tanda urgent di judulnya dan aku langsung membukanya. Dan bener aja. Aku sumpah shock berat. Tau gak Pak Dora ngirim apa?

Beliau bilang kalo sekarang Areka ada di dalam perusahaanku, membobol semua pintu keamanan dan melukai beberapa karyawanku.

What the hell is going on? Kenapa hari ini aku jadi sial banget? Ieuwhhhhhhhhhh kamseupay banget sih yang ngerencanain semua ini. Oke aku nggak harusnya bilang kayak gitu. Karena semua ini Tuhan yang ngerencanain. Maafkan aku Tuhan! T^T

Sambil berdoa atas kekhilafanku, aku langsung loncat dari jendela kamarku yang ada di lantai dua. By the way rumahku ini keren lho. Waktu aku loncat, tombol persiapan ganti baju aktif. Then waktu aku mulai ditarik gaya gravitasi bumi, aku langsung dipakein baju kayak bajunya IRON MAN gitudeh. Walhasil, sebelum aku jatoh ke tanah dan mati mendadak, aku langsung bisa terbang dan cara terbangku ini invisible. Unyu kan? Makanya sampe sekarang aku belom termasuk daftar anggota The Avengers terbaru.

Gak sampe 5 detik aku udah sampe di gerbang perusahaanku. Aku kaget banget. Gedung utama udah setengah hancur. Gedung A terbakar hangus. Dan di tengah lapangan aku melihat Areka tertawa terbahak bahak.

"Areka! Kurang ajar banget sih kamu!" Aku menampakkan diri. Tentu saja, baju Iron Man ku masih nggak keliatan.
"Kenapa Vina? Kamu puas? Kamu gak bisa jaga perusahaan kamu! Kamu mengabaikan peringatan dari aku! Kamu gak pantes Vin! Gak pantes!!" katanya lagi.
Aku geram, dan aku spontan memukul Areka sampai jatuh tersungkur. Namun dia bangkit lagi, meskipun pelipisnya sudah berdarah darah.
Wow, sebegitu kuatkah aku? Kayaknya aku harus beneran daftar jadi Avengers deh.
Areka yang tadi tertawa-tawa, sekarang menjadi serem. Mukanya mendadak kayak setan. Emang dari sananya kayak setan sih.
"VINA LO TERNYATA LEBIH KURANG AJAR DARI GUE YA?"
Dia nyeret aku ke gedung A yang sedang terbakar dan aku kepanasan. Untung ada baju Iron Man yang ga keliatan, jadi aku gak kebakar xixixixi
"VIN LO LIAT SIAPA INI? LIAT VIN!" teriaknya.

OH MY GOD IT'S CODY! jadi selama ini dia disandra sama Areka???!!!!

"Cody!" kataku kaget. Cody diiket di tiang besi, dia pingsan. Untungnya dia nggak kebakar, mungkin dia kesusahan bernafas. Aku segera ngambil tindakan. Dengan sisa tenaga dan otakku, aku membuat 3 robot sekaligus untuk memadamkan api, dan 3 robot lagi untuk aku suruh membuat robot-robot pembangun gedung dan perbaikan gedung sebanyak-banyaknya.
Dalam waktu kurang lebih setengah jam, robot-robotku mulai bekerja. Sedangkan aku langsung menyelamatkan Cody. Areka berdiri di tengah kobaran api, gayanya udah kayak Joker. Dan tiba-tiba dia berubah jadi abu dan menghilang. Misterius banget.

Aku keluar gedung dan menaruh Cody di luar. Tapi apa yang bisa aku buat. Gedung2 perusahaanku udah 3/4nya hancur. Aku pasti dimarahin papah. Aku ingin menangis tapi aku gengsi. Tapi dibanding sama kegengsianku, aku lebih milih nangis. Biarin mau diketawain Pak Dora juga.

Tiba-tiba ada yang meluk aku dari belakang, aku kaget. Aku noleh ke belakang, dan kayaknya itu familiar banget.
Seorang cowok berdiri dan masih memelukku, dan pelukannya itu nenangin banget.

"Huda?" di tengah-tengah isakku.

Rabu, 21 Desember 2011

Part Eight

DEG! Jantungku berdebar keras. Aku takut sekali. Aku ingin lari kabur dari tempat ini, tapi aku rasa tidak bisa. Tempat ini sudah tidak mungkin dapat aku kuasai lagi. Boro-boro, melihat saja tidak leluasa.
Keringatku mulai mengucur. Kedua tanganku menutup mulutku. Dengan sebisanya, aku merambat-rambat ke samping untuk mencegah adanya sesuatu yang tidak kuharapkan.
Namun, sepertinya aku merambat terlalu jauh, hingga akhirnya tubuhku tersandung tumpukan benda bulat besar, yang sepertinya drum minyak. Benda itupun terjatuh, isinya keluar, cairan, dan ternyata benar-benar minyak. Aku pusing, aku fobia dengan bau minyak. Oke curhat
Aku menangis, ketakutan. Sekilas terdengar suara gelagak tawa. Pertamanya, gelagak tawa itu terdengar sangat jahat dan sarkas. Namun, lama-lama gelagak tawa itu berubah menjadi tawa orang yang kukenal. Aku spontan berhenti menangis.
"Apa-apaan sih ini, siapa sih kamu! Keluar!" Aku memberanikan diri berkata seperti itu, dan tiba-tiba lampu menyala menyinari seluruh ruangan itu. Peeeet. Ruangan itu seperti gudang minyak.
Aku berdiri tegak, melihat seluruh ruangan, dan aku mendapati robot manusia setengah rusak ada di sebelahku, sambil mengulang-ulang kata-kata "Vina, jangan lari dariku." Dilengkapi dengan sebuah alat entah apa itu, sepertinya pengumpul udara dan penghembus udara sehingga bisa dikira bernafas. dan juga, kaki dan tangan robot itu yang sangat elastis.
Aku jengkel sejengkel-jengkelnya. Lalu aku berdiri, mencari dan mengambil buku-buku PR Huda yang berserakan di mana-mana, dan bergegas pulang. Sempat kepikiran bagaimana caraku untuk keluar dari tempat itu. Dan ternyata mudah sekali. Aku langsung melihat ada pintu besar yang setengah terbuka, dan aku berlari keluar dari neraka itu.
Baru semeter dua meter aku berjalan menjauh dari tempat itu, aku merasa diikuti. Aku tidak peduli. namun lama-lama langkah kakinya makin kedengaran.
Aku membalikkan badanku, dan aku melihat sesosok perempuan, tertawa cekikikan. Dia adalah Areka, direktur saingan perusahaanku.
"Hai Vina, apa kabar? hahahaa, bagaimana dengan robot penculik bikinanku?" katanya sinis.

Sabtu, 25 Desember 2010

Part Seven

akhirnya aku dapatkan PR-nya meskipun dilandasi dengan perasaan muak dan jijik ketika bertemu Huda. Aku pulang dengan perasaan acak-acakan. Apalagi ketika lewat kuburan, tambah acak-acakan + takut pula.
rute rumah Huda sampai rumahku, jauuuuuuh . mau nyari nyari kendaraan umum, boro-boro yaaaaaa, di sini, orang melintas aja tu GAK ADA! 
kalo di saat begini .......... pikiranku .......
#pikiran01 --> tetereteret jengjengjengjeng ..
Ya Tuhan, jika Engkau menghendaki adanya orang selain aku di tempat ini, harap orang itu adalah Cody Blank ... Orang yang selalu melintas di benakku kapanpun dan dimanapun aku berada, selalu menghiasi duniaku ketika ia berada di depan mataku.

#pikiran02 --> peperepepiripiuw ..
 Ya Tuhan, semoga aku bisa melewati hutan belantara menyesatkan ini tanpa hambatan sedikitpun, yaah, kuharap. 

#pikiran03 --> uuuunyuuuuuuuuuuuuh
  SIALAN LU DASAR DORAMAEMON !! belom tau lo kalo gue direkturnya Nisia! Pecat baru tau rasa lo! terus gue bakal kerja sama dengan perusahaan lain supaya nggak nerima lamaran lo! biar lo tau rasa, sialan lu!

#pikiran04 --> humz
Dasar Hud ...................................................

Belom sempet aku menyalurkan pikiranku ke kalian (?) Mulutku disekap oleh sapu tangan berbius. Walhasil, kalian tau kan apa akibatnya? P-I-N-G-S-A-N. pe i pi tambah eng jadi ping . es a sa tambah n jadi san . digabung jadi pingsan. 
Abis itu aku diapain, aku nggak tau lagi. Yang pasti, bangun-bangun, aku ada di sebuah tempat yang bener bener nggak aku kenal. Gelap. Pengap. Nyesek, bikin aku sesak nafas. Tangan kakiku di iket. Mulutku ditempelin lakban. Aku udah ngga tau buku bukunya Huda ada di mana. Sumber cahaya? hanya sebuah lubang kecil berdiameter 15 cm, walhasil cahayanya kontras dari luar. Tapi sama aja cahaya itu nggak ngebantu. Aku di sini ... inginkan canda dan tawa (malah nyanyi deh) . Aku di sini cuma bisa pura pura tidur. Tapi lama lama aku malah tidur beneran. Payah ah.
Baru aku liat ada bulet bulet item tanda mimpi, langsung ada suara di kepalaku.
"Vina ....... Vina"
aku kaget. aku langsung bangun. bulet bulet item pudar dalam sesaat. aku berusaha melihat apapun yang terjadi. 
"Iaa ihu, iaa ?!!! (terjemahan : siapa itu, siapa?)" kataku.
Tidak ada jawaban sama sekali. tanda tanda orang juga udah gak ada. mungkin cuma ilusi kali ya.
Aku memutuskan untuk tidur lagi. Tapi, nafas orang menyebul di leherku. Kaki orang itu merayap di atas betisku. Aku dipeluk dalam posisi tidur.
Aku ketakutan. Aku berguling ke depan, tetapi orang itu mengikuti. dan aku kembali di posisi yang sama.
Aku tambah deg degan. Getaran jantungku terasa sampai ke lantai. Dan tangan orang itu ...... Mulai merayap memegang dadaku.
Aku sekarang tak peduli apapun yang terjadi dan siapa orang itu, kakiku sudah gatal!!! dengan amarah, tali yang mengikat kakiku lama lama putus dan aku sudah bisa menendang orang itu.
"OUCH!" orang itu berteriak. aku berlari tanpa tujuan di dalam ruangan itu. meskipun nabrak terus , aku berhasil kabur.
tempat persembunyianku sempit dan hanya aku yang bisa masuk. aku berdoa supaya orang itu tidak menemukanku. 
tapi, belum lama kemudian....
"VINA. jangan lari dariku."

Sabtu, 27 November 2010

Part Six - Chapter Two

Aku mengernyitkan dahi dan memejamkan mata untuk menenangkan hatiku. Dilanjutkan dengan ambil nafas sejenak ... Hmm ... 
Belum selesai aku mengeluarkan karbon dioksida dari paru-paruku, perempuan itu berkata lagi.
"Kamu temannya Tuan Huda yang katanya paling cantik itu?"
Gubrak. Kok nanyanya gituan sih? Tadi raut mukanya serem. Sekarang malah tanya hal yang aku gak tau jawabannya. 
Dengan sok lembut aku menjawab, "Tidak, tuh. Oh iya, saya ada keperluan dengan Huda sekarang. Boleh aku bertemu dengannya?"
Perempuan itu menjawab dengan tidak kalah sok lembut, "Aaah .. Baiklah Nona, tunggu sebentar. Tuan Huda, ini ada teman Tuan ingin bertemu dengan Tuan."
Lalu, aku dipersilahkan masuk. Aku kaget begitu liat dalemnya. So amazing banget deh. Kursi empuknya setengah mati, meja antiknya setengah mati, foto keluarga yang ancurnya setengah mati, dan benda-benda setengah mati lainnya. 
Tidak lama kemudian, Huda berjalan ke depanku perlahan lahan. Gayanya ... waaah , bagaikan catwalk. Maju teruuuus belok kiri belok kanan belok lagi mundur maju dan duduk di atas kursi yang empuk setengah mati. Aku perhatikan bajunya. Baju Tuxedo ia kenakan di rumah? 
"Eh, Vina. Kenapa?" katanya. Aku jijik mendengar suaranya, sekilas aku ingin muntah. 
"Hud, kamu udah selesai semua PR-nya?" kataku melas.
"Udah Vin, ngapa?" katanya garang. 
"Pinjem bentar ya, aku mau nyalin soalnya." kataku.
"Gak boleh. Ada jawabannya!" katanya. IIH, PELIT BANGET SIH ANAK INI. 
"Ya udah kamu dektein aja soalnya! Aku mau nyalin, bukuku ilang ini!" 
"Gak mau! Suaraku bisa habis. Orang ganteng kayak aku jangan sampe suaranya abis." 
He? Orang ganteng? Edan. Hoekhoekhoekhoekhoekhoek
"Ya udah Hud kalo kamu gak mau ngasih soalnya. Aku pulang aja." kataku sambil berajak dari kursi.
"Pulang? Pulang aja sana!" katanya. Aku kesal sekali.
"Besok aku gak mau duduk sama kamu. Berarti besok kamu bakalan duduk sama Lingling." kataku cuek.
Lingling adalah teman sekelas 4A yang paling dibenci. Selain dengan sikapnya yang tidak sopan, suka pamer paha ke mana mana, (tahu kan maksudnya? duduknya kaki nya diangkat. Pahanya kan keliatan) lalu bersin tidak ditutup, baunya kayak apa tau. Hiz. Behelan, tinggi gendut, keturunan Cina yang pernah menang OSN, tapi belakangan ini dikalahkan oleh si Katrin.
"Iiiiii, Lingling? Ogah bangeeet. ya udah ini bukunya aku pinjemin aja ke kamu. Besok aja kamu pulangin juga gak papa." Katanya sambil beranjak dari kursinya ke kamarnya untuk mengambil bukunya.
Dengan tatapan yang masih sengit, aku kembali duduk ke kursi dan menunggu hingga Huda selesai mengambil buku-buku PR.

Senin, 22 November 2010

Lanjutan

Apa yang terjadi ? Pitunya dibuka oleh seorang yang sangat cantik jelita, dan mengenakan baju yang sangat mewah. Badannya tinggi menjulang dan kulitnya putih pucat. Dia melihat aku dengan sinis dan berkata dengan suaranya yang dingin,
"Siapa kamu? Mau apa ke sini?"
Aku terbelalak. Sejenak aku ingin pingsan, tetapi aku takut akan terjadi apa apa ketika aku tidak sadarkan diri . dengan memberanikan diri aku berkata dengan gemertakan.
"Envina Nisia .... Temannya Huda ." kataku.
Sejenak wanita itu terlihat marah ketika mendengar kata kata 'Huda' dan dia berkata kembali,
"KAMU TEMANNYA TUAN HUDA? TIDAK BISA DIPERCAYA."
aku takut. mengapa dia marah ? setahuku aku tidak pernah puny masalah dengan Huda !

Sabtu, 23 Oktober 2010

Part Six - Chapter one

aku duduk termenung, meratapi nasibku yang malang. tetapi, aku masih sadar akan tanggung jawabku sebagai direktur Nisia. dan apalagi, jika penduduk nisia tahu kalau aku lepas tanggung jawab hanya karena sebuah PR, bisa tamat riwayatku.
pertama aku memeriksa seluruh tempat sampah di gedung nisia. tentu pakai waktu lama. aku sendiri? TIDAK! aku memfungsikan produk nisia  ~ yaitu Robot Pattino untuk mencari bukuku. Robot ini adalah produk paling laris di Nisia saat ini.
Namun Pattino menemukan bukuku dengan keadaan hangus terbakar (abunya) dan aku terpaksa harus ke rumah Huda untuk menyalin soalnya. dengan berat hati, aku berjalan .. sedikit demi sedikit .. ke rumah Huda.
Sesampainya, aku tercengang karena rumah Huda DI DALAM KUBURAN . argh
tetapi ternyata, rumah Huda sangat besar.
aku merasa hawa rumah huda sangat berbeda dari rumah biasanya. angin berhembus pelan dan membuat bulu kuduk di leherku berdiri. aku mengetuk pintunya , dan ...

Minggu, 26 September 2010

Part Five

Oh tidak, aku bingung banget, meskipun aku ini direktur kalo nggak ngerjain pr sama aja bisa dihukum sama guruku yang killer banget.
         --> Guru matematika, namanya, MR. ENRO, YANG DIKENAL SEBAGAI SATU-SATUNYA GURU COWOK YANG GALAK DI SEKOLAHAN. paling anti sama muridnya yang paling anti sama murid yang nggak ngerjain pr. dulu aku pernah sekali, dan aku disuruh keliling lapangan basket dan bersihin kolam renang sekolahan. aku tau, ini hukuman sangat tidak seimbang apalagi bersihin kolam renang, sebenarnya MR. ENRO guru matematika apa guru olahraga ya? jawabannya, aku juga nggak tau tuh ..
         --> Guru bahasa jepang, namanya, MRS. HENRIKA, PALING KILLER! LEBIH KILLER DARIPADA MR. ENRO! mukanya suram, selalu cemberut, nggak pernah senyoem snyoem dikit. konon, legenda sekolahku, MR. HENRIKA dulu mau dikasih behel, tetapi dokternya salah masang, jadi harusnya dipasang di gigi tapi ini malah tertancap di gusi belakang sehingga beliau tidak bisa senyum selain tidak pernah senyum beliau selalu garang, dia nggak pernah membiarkan muridnya bertanya! sekali diterangin harus mudeng! hoh padahal jelasiin nya lebih mirip kumur kumur! huahhuah

dan 2 guru ini, kalau diprotes akan berubah menjadi 2 setan yang galak sekali! huaaah! apalagi 2 guru ini killer banget sama yang namanya PR ! DAN SEKARANG AKU LAGI MASALAH SAMA YANG NAMANYA PR ! HUAAAAAAAA
biasanya kalo keadaan darurat kayak gini aku langsung ke rumah Cody minjem buku catatan tapi apa hasilnya? Cody lagi ke luar kota. dan satu-satunya orang yang aku tahu alamatnya saaat ini cuma anak baru nyebelin itu.
Siapa? ya hudaaaaa!
-males bangeet ketemu huda tapi males juga dihukum MR. and MRS. Killer!-

Rabu, 15 September 2010

Part Four

Hari pertama duduk bersama Huda sangat menjengkelkan. Sifatnya beda sekali sama Cody.
4 lembar kertas buku sudah aku habiskan cuma buat nulis "Aku benci Huda" dan "Aku kangen Cody".
***
Pukul 12.00 aku pulang sekolah dan langsung jalan kaki ke perusahaan Nisia yang letaknya dekat dengan sekolahku untuk patroli tanpa basa basi dengan teman-temanku. Kenapa? Karena aku takut mereka akan curiga padaku, kenapa aku selalu pergi ke Nisia habis pulang sekolah. Kalau sudah begini pasti identitasku akan ketahuan.
Sampai di gerbang Nisia, aku loncat untuk memencet tanda sidik jari dan mata. Paling benci jika mesinnya kurang peka dan aku harus kembali loncat-loncat untuk melakukannya, seperti ini.
Sepertinya sudah 10 kali lebih aku loncat-loncat nggak jelas, tapi mesin masih nggak bergerak.
Aku berhenti dan memutuskan cari penjaga buat nolongin aku mencet sidik jari. Dan aku bertemu satpam langganan papahku dulu, namanya MEMONTA panggilannya malah DORAMEMON. nggak nyambung kan?
Pak Dora ini sangat setia kepada papahku, dan sampai sekarang dia masih tidak percaya jika papahku sudah pensiun dan diganti aku. Maka dari itu aku ogah minta tolong sama satpam yang satu ini.
Tetapi, apa boleh buat. Daripada aku di sini sampai maghrib.
Aku mengumpulkan keberanianku untuk bilang ke Pak Dora,
"Pak, saya ingin masuk ke gedung ini, tolong bantu saya memencet mesin tanda sidik jari,"

Pak Dora yang semula merokok sambil memandang langit langsung membuang puntung rokoknya, diinjak. Perlahan dia menoleh ke arahku. Kira - kira 2 detik per 30 derajat ketajaman. zz
"Siapa Anda, dan apa tujuan Anda kemari."katanya. Benar kan, dia pasti satu-satunya orang yang tidak tahu bahwa sekarang aku Direktur PT Nisia.
"Saya Envina Nisia. Direktur Nisia pengganti papah saya," kataku mantap. Dia terlihat tidak percaya. Lalu ia melepas kaca matanya, melihatku dari jempol kaki (kebungkus sepatu sekolah) sampai ujung rambut. 
Pak Dora malah ngakak.
"Heh bocah, pasti kamu ngelindur. Kamu ingin jadi direktur kan, tapi mungkin belum saatnya. hahahaha,"katanya ketawa makin keras. 
Aku benci Huda, Bu Sri, Cody, dan Pak Dora untuk hari ini. Aku kesal dan aku mulai berantem dengan Pak Dora.
"Papahku sudah kasih aku kehormatan untuk jadi direktur dan sekarang kamu meremehkan aku. Aku tidak terima! Aku sendiri tidak mau jadi direktur karena aku masih mau menikmati jaman sekolah! Kamu tidak berhak menghalangi jalanku!" Kataku kesal. Aku loncat dan merusak pagar dengan tendangan mautku da masuk tanpa sidik jari.
Pak Dora menghentikan tawanya dan membunyikan bel. Aku sebal dan menendang bel itu ke tanah dan menginjaknya. Untuk Pak Dora, aku timpuk pake kerikil dan dia sekarang pingsan.
Sampai di ruangan Direktur di gedung tingkat paling atas, aku langsung menaruh tas sekolahku ke locker, ganti baju dari seragam sekolah ke seragam kerja.
Waktu mulai rapat masih setengah jam lagi. Aku memutuskan untuk ngerjain PR dulu.
Pertama, matematika. Soalnya paling gampang menurutku, bukan sombong. Bagiku saja gampang apalagi bagi Katrin.
Kedua, Bahasa Jepang. Aku paling nggak bisa disuruh nulis huruf kanji. Setengah jam itu aku habiskan untuk mengerjakan 1 soal. 1 soal selesai dan bel rapat berbunyi. Aku kaget, pasti aku telat karena dari sini ke ruag rapat jaraknya agak jauh. Aku langsung menggeletakkan buku PRku.
Tanpa tidak diketahui, Office Boy suruhannya si Pak Dora masuk ruanganku dan dia bersihkan buku - buku berserakan termasuk buku PRku. entah kemana.
Selesai rapat buku PRku sudah lenyap. Oh No.

Selasa, 14 September 2010

Part Three

Kurang lebih setengah jam perjalanan dari rumahku ke sekolahan, wah kok sebentar ya? iyalah orang rumahku ke sekolah jaraknya deket kok, woo
Tapi, aku bisa tidur di mobil, karena Mas Asa kalo nyupir enak banget! Serasa naik pesawat pribadi dua orang lah! (HEBAT YA)
mau sampe di gerbang sekolahan, aku dibangunin Mas Asa. Aku langsung ngerapiin jas sekolah, ngambil tasku, langsung dengan penuh gairah dan semangat  menatap tajam sekolahku, (LEBAY) dan turun dari mobil.

Aku datang ke sekolah untuk ketemu Guru = 5 %
Aku datang ke sekolah untuk belajar = 10%
Aku datang ke sekolah buat ketemu temen-temen = 15 %
Aku datang ke sekolah buat nunjukin aku hebat = 20 %
Aku datang ke sekolah buat ketemu si UNYU (Cody) = 50 %  

 Tidak ketemu guru? Okelah . Malah enak
Tidak belajar? Wow, Surga
Tidak ada temen? yaah, kok gitu sih
Tidak bisa nunjukin aku hebat? alah, ya udah besok harus
KOK NGGAK KETEMU SI UNYUUUUUUU???!!! GAAAK MAAAUUUUUU !

itulah misiku tiap harinya di sekolah, dan sekarang aku akan mencoba agar bisa menempuh semuanya.
***
Mau lanjut nggak? Mau ya? Nih
Aku naik tangga, berjalan menuju kelasku di lantai dua. Kelasku 4A, paling pojok, paling angker, tapi paling berwarna dan punya AC paling dingin. hehe
Di sana udah ada Miki, Katering, eh, Katrin, Yuki sama Zahra lagi bercanda ngga jelas, dan mereka langsung ngakak lihat aku masuk kelas.
"Vina, tas apa tuh? Biasanya barang-barangmu selalu mewah, deh," kata Yuki. Miki menambahkan,"Tasnya Vina pasti udah diambil sama Yang Maha Kuasa,"katanya.
Ah, perkataan Miki jayus, dasar, kalo tasku udah diambil sama Yang Maha Kuasa aku pake tas apa? zzz
"Vin aku tau tasmu. Tasmu kamu gabungin sama celana jins kan? Tuh ada bahan jins di sampingnya," kata Katrin. 
Katrin paling pintar di kelas ini, setelah aku (BOHONG, AKU KAN MALAH TERAKHIR) . Katrin banyak tahu, dia orangnya lucu, gendut, tapi cantik.
"Iya, nih," kataku membalas semua omongan mereka. "Aku sambung sama celana jins ku yang elom pernah aku cuci sebulan terakhir. Jadinya kayak gini, baunya nggak enak. Tasku robek sih,"kataku dengan wajah memelas.
Apa reaksi merekaa kira-kira? Kayak Mas Asa, NGAKAK
Hm okelah, setidaknya pagi-pagi aku udah bisa bikin mereka senam mulut.
Lalu, Rina datang bersama kakak kembarnnya, Risa. Mereka mirip banget (yaiyadongnamanyajugakembar). beda nya cuma tinggi badan.
Habis duo kembar, Michael datang, dilanjutkan Dhisa, Prianka, Fero, Penky. 
Cody belom datang, dan bangku sebelahku masih kosong. 
Hingga bel masuk berbunyi, Cody masih belum datang, dan ini benar-benar buat aku sedih. Banget.
Ketika Wali Kelasku, Bu Sri masuk ke kelas, dia membawa anak asing. Pasti anak baru. Dia cowok. Matanya bulat, kulit putih, rambut coklat.

"Anak-anak, kalian kedatangan teman baru, ini dia. Ayo, silahkan perkenalkan namamu," kata Bu Sri.
Anak itu mulai bicara. 
"Namaku Huda Nita Pilonia. Pindahan dari Bandung." katanya malu.
 Bu Sri mencari bangku kosong dan menemukan bangku sebelahku. Beliau menyuruh Huda duduk di sebelahku. Awalnya aku nggak ikhlas. 
"Kursi ini bukan buat Huda! Ini buat Cody!" kataku dalam hati. Tapi terlanjur. 
Aku marah kepada Bu Sri, Huda, dan juga Cody. Kenapa sih Cody pake-pake telat?
Lalu, Bu Sri bilang," Oh iya anak anak, teman kalian, Cody lagi pergi ke luar kota selama 3 minggu. Buat Huda, kamu bisa duduk di sebelah Vina selama 3 minggu ini."
aku putus asa dan hampir nggak punya semangat hidup.. Aaaah Cody, Hate You for this time! hh

***  

 

Part Two

***

Di suatu pagi yang cerah, pukul 05.00 pagi, aku terbangun gara-gara suara alarmku. bentuknya ayam nggak jelas gitulah, produksi perusahaan Nisia yang gagal. bunyinya hancur pula. Pertama didesain agar bunyinya "Petok petok" tapi ini malah jadi "Pruetig Prueetig" nggak jelas.
Aku ambil jam beker anehku, mematikan jadwalnya. Tapi aku tidak langsung beranjak, dan bergumam sendiri dulu.
"Jam beker aneh, padahal sudah dikasih baterei yang kuat kok, masih kayak gini sih? apa salah teknisinya ya?"kataku. Lalu aku lempar jam beker itu ke tempat tidurku.
Dengan konyol aku meraih hpku, ngecek ada sms masuk apa nggak. dan ternyata banyak. Banyak banget malah, bagiku. Ada 25 SMS masuk dan kira-kira semua itu alarm penjagaan dan laporan. Yang buat aku kecewa nggak ada SMS dari pelanggan dan SMS dari ..
Cody Blank

Lalu aku beralih ke meja, nyiapin pelajaran. Hari ini, ada Matematika, IPS, Bhs Indonesia, Bhs Jepang. Ada PR nggak? doain aja nggak. Dengan konyol aku tarik tasku yang tadinya aku gantung di gantungan baju, karena nggak ada lahan lagi. Jujur aku masih ngantuk! Aku tarik tasku sambil ngucek-ngucek mata, dan, breeeeek
aaaaaah tasku robek! tasku robek! 
Aku sekolah pakai tas apa dong?
Dengan secermat-cermatnya aku sambung tasku dengan bungkus jam ayam rusak, kain flannel, kain celana rusakku, dan lain lain. Emang bisa sih jadi tas normal lagi, tapi kotor, baunya nusuk, soalnya celanaku udah berhari-hari nggak aku cuci.
Aku mau nangis, kira-kira ekspresinya temen-temen apa lihat tasku? Aku kan direktur (SOMBONGNYA DIRIKU)
Tapi mereka nggak tau, kalo aku direktur sih (MAKANYA JANGAN SOMBONG)
Pukul 06.00 tepat, aku turun ke bawah. Di sana ada ayah dan Mas Asa, yang langsung nutup hidungnya ketika lihat tasku.
"Vina, tas apa itu? Bukannya itu yang dibelikan Mamah dari Beijing? Kok jadi kayak gitu, sih?" tanya Mas Asa dengan suara hidung dipencet.
"Iya mas ini sobek aku sambung pake celana ku yang rusak kemaren, hehe,"kataku konyol.
Mas Asa ketawa terbahak-bahak, tapi papah malah memuji aku.
"Kamu hebat, Vina. Kamu memang direktur Perusahaan Nisia. Karena kamu bisa melakukan hal apapun secara spontan,"kata Papah.
Aku diam, Mas Asa tambah ketawa. Papah melanjutkan makan rotinya.
"Kalian pergi sekarang ya, biar nggak telat. Oh iya Asa, nanti jemput mamah di Bandara. Dia mau pulang hari ini," kata Papah.
Aku bersorak girang, dan langsung narik tangan Mas Asa buat cabut ke mobil, I'M READY TO GO TO SCHOOL!   

Senin, 13 September 2010

Loving Lifetime Part 1

Envina Nisia namaku, kamu bisa panggil aku Vina. Aku anak berumur 7 tahun yang sekarang sudah kelas 4 SD. Papah pensiunan direktur perusahaan Nisia, yaitu Brandy Nisia. Mamah bolak-balik ke luar negeri karena ada jadwal seminar.
Aku punya 1 kakak namanya Iyasa Nisia, panggilannya Asa. Dia cowok pandai dan tlaten, sekarang dia sudah SMA kelas 2, namun entah kenapa dia nggak mau pegang alihan jabatan papah sebagai direktur perusahaan. Maka dari itu satu-satunya harapan keluarga Nisia ada di tanganku sebagai direktur.
Karena itulah, tekanan mental dan batin yang luar biasa buat aku jadi anak yang aneh. Aku jadi punya pikiran paling dewasa di antara teman-temanku.

dan sekarang aku punya temen yang aku suka, anak cowok (yadong) yang lebih tua 2 tahun daripada aku, langganan duduk sebangkuku. hehehehe! namanya Cody.
dia kadang menyebalkan, suka minta jawaban di ulangan padaku.aku nggak pernah kasih jawabannya, makanya dia sering ngerengek dan nangis gara-gara hasil ulangannya. asyik sekali menonton dia nangis. namun menurutku ketika dia nangis malah tambah ganteng! hehe
tetapi, dia baik banget (kalo nggak lagi ulangan) . apalagi kalo misalnya aku lupa bawa buku, pasti dia minjemin bukunya ke aku. buku apa aja. termasuk komik dan buku cerita lainya (ga niat sekolah). tapi bener, dia selalu siap sedia bawa buku apa aja ke sekolah.

aku bisa nikmatin dunia anak SD di sekolahku, tapi kalo udah pulang ke rumah otak nggak bisa berhenti jalan terus. mikirin penghasilan perusahaan, rapat, ini, itu. malahan aku nggak bisa mencapai mic kalo mau pidato di depan ruang rapat gara-gara aku masih pendek. 

dan itu alasannya kenapa aku sekarang diremehkan oleh semua orang di dekatku! misiku sekarang, aku bakal nunjukin ke semua orang kalo aku bukan anak yang pantes diremehin gitu aja!

kira-kira bisa gak ya?

-COMING SOON-