Enjoy Parts of Loving Lifetime Story

Rabu, 21 Desember 2011

Part Eight

DEG! Jantungku berdebar keras. Aku takut sekali. Aku ingin lari kabur dari tempat ini, tapi aku rasa tidak bisa. Tempat ini sudah tidak mungkin dapat aku kuasai lagi. Boro-boro, melihat saja tidak leluasa.
Keringatku mulai mengucur. Kedua tanganku menutup mulutku. Dengan sebisanya, aku merambat-rambat ke samping untuk mencegah adanya sesuatu yang tidak kuharapkan.
Namun, sepertinya aku merambat terlalu jauh, hingga akhirnya tubuhku tersandung tumpukan benda bulat besar, yang sepertinya drum minyak. Benda itupun terjatuh, isinya keluar, cairan, dan ternyata benar-benar minyak. Aku pusing, aku fobia dengan bau minyak. Oke curhat
Aku menangis, ketakutan. Sekilas terdengar suara gelagak tawa. Pertamanya, gelagak tawa itu terdengar sangat jahat dan sarkas. Namun, lama-lama gelagak tawa itu berubah menjadi tawa orang yang kukenal. Aku spontan berhenti menangis.
"Apa-apaan sih ini, siapa sih kamu! Keluar!" Aku memberanikan diri berkata seperti itu, dan tiba-tiba lampu menyala menyinari seluruh ruangan itu. Peeeet. Ruangan itu seperti gudang minyak.
Aku berdiri tegak, melihat seluruh ruangan, dan aku mendapati robot manusia setengah rusak ada di sebelahku, sambil mengulang-ulang kata-kata "Vina, jangan lari dariku." Dilengkapi dengan sebuah alat entah apa itu, sepertinya pengumpul udara dan penghembus udara sehingga bisa dikira bernafas. dan juga, kaki dan tangan robot itu yang sangat elastis.
Aku jengkel sejengkel-jengkelnya. Lalu aku berdiri, mencari dan mengambil buku-buku PR Huda yang berserakan di mana-mana, dan bergegas pulang. Sempat kepikiran bagaimana caraku untuk keluar dari tempat itu. Dan ternyata mudah sekali. Aku langsung melihat ada pintu besar yang setengah terbuka, dan aku berlari keluar dari neraka itu.
Baru semeter dua meter aku berjalan menjauh dari tempat itu, aku merasa diikuti. Aku tidak peduli. namun lama-lama langkah kakinya makin kedengaran.
Aku membalikkan badanku, dan aku melihat sesosok perempuan, tertawa cekikikan. Dia adalah Areka, direktur saingan perusahaanku.
"Hai Vina, apa kabar? hahahaa, bagaimana dengan robot penculik bikinanku?" katanya sinis.