Enjoy Parts of Loving Lifetime Story

Rabu, 15 September 2010

Part Four

Hari pertama duduk bersama Huda sangat menjengkelkan. Sifatnya beda sekali sama Cody.
4 lembar kertas buku sudah aku habiskan cuma buat nulis "Aku benci Huda" dan "Aku kangen Cody".
***
Pukul 12.00 aku pulang sekolah dan langsung jalan kaki ke perusahaan Nisia yang letaknya dekat dengan sekolahku untuk patroli tanpa basa basi dengan teman-temanku. Kenapa? Karena aku takut mereka akan curiga padaku, kenapa aku selalu pergi ke Nisia habis pulang sekolah. Kalau sudah begini pasti identitasku akan ketahuan.
Sampai di gerbang Nisia, aku loncat untuk memencet tanda sidik jari dan mata. Paling benci jika mesinnya kurang peka dan aku harus kembali loncat-loncat untuk melakukannya, seperti ini.
Sepertinya sudah 10 kali lebih aku loncat-loncat nggak jelas, tapi mesin masih nggak bergerak.
Aku berhenti dan memutuskan cari penjaga buat nolongin aku mencet sidik jari. Dan aku bertemu satpam langganan papahku dulu, namanya MEMONTA panggilannya malah DORAMEMON. nggak nyambung kan?
Pak Dora ini sangat setia kepada papahku, dan sampai sekarang dia masih tidak percaya jika papahku sudah pensiun dan diganti aku. Maka dari itu aku ogah minta tolong sama satpam yang satu ini.
Tetapi, apa boleh buat. Daripada aku di sini sampai maghrib.
Aku mengumpulkan keberanianku untuk bilang ke Pak Dora,
"Pak, saya ingin masuk ke gedung ini, tolong bantu saya memencet mesin tanda sidik jari,"

Pak Dora yang semula merokok sambil memandang langit langsung membuang puntung rokoknya, diinjak. Perlahan dia menoleh ke arahku. Kira - kira 2 detik per 30 derajat ketajaman. zz
"Siapa Anda, dan apa tujuan Anda kemari."katanya. Benar kan, dia pasti satu-satunya orang yang tidak tahu bahwa sekarang aku Direktur PT Nisia.
"Saya Envina Nisia. Direktur Nisia pengganti papah saya," kataku mantap. Dia terlihat tidak percaya. Lalu ia melepas kaca matanya, melihatku dari jempol kaki (kebungkus sepatu sekolah) sampai ujung rambut. 
Pak Dora malah ngakak.
"Heh bocah, pasti kamu ngelindur. Kamu ingin jadi direktur kan, tapi mungkin belum saatnya. hahahaha,"katanya ketawa makin keras. 
Aku benci Huda, Bu Sri, Cody, dan Pak Dora untuk hari ini. Aku kesal dan aku mulai berantem dengan Pak Dora.
"Papahku sudah kasih aku kehormatan untuk jadi direktur dan sekarang kamu meremehkan aku. Aku tidak terima! Aku sendiri tidak mau jadi direktur karena aku masih mau menikmati jaman sekolah! Kamu tidak berhak menghalangi jalanku!" Kataku kesal. Aku loncat dan merusak pagar dengan tendangan mautku da masuk tanpa sidik jari.
Pak Dora menghentikan tawanya dan membunyikan bel. Aku sebal dan menendang bel itu ke tanah dan menginjaknya. Untuk Pak Dora, aku timpuk pake kerikil dan dia sekarang pingsan.
Sampai di ruangan Direktur di gedung tingkat paling atas, aku langsung menaruh tas sekolahku ke locker, ganti baju dari seragam sekolah ke seragam kerja.
Waktu mulai rapat masih setengah jam lagi. Aku memutuskan untuk ngerjain PR dulu.
Pertama, matematika. Soalnya paling gampang menurutku, bukan sombong. Bagiku saja gampang apalagi bagi Katrin.
Kedua, Bahasa Jepang. Aku paling nggak bisa disuruh nulis huruf kanji. Setengah jam itu aku habiskan untuk mengerjakan 1 soal. 1 soal selesai dan bel rapat berbunyi. Aku kaget, pasti aku telat karena dari sini ke ruag rapat jaraknya agak jauh. Aku langsung menggeletakkan buku PRku.
Tanpa tidak diketahui, Office Boy suruhannya si Pak Dora masuk ruanganku dan dia bersihkan buku - buku berserakan termasuk buku PRku. entah kemana.
Selesai rapat buku PRku sudah lenyap. Oh No.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar :)